Jawa Pos
NGAWI - Ngawi kembali jadi langganan banjir. Setelah banjir terbesar pada akhir Desember 2007, kemarin (10/3) puluhan desa di lima kecamatan di Ngawi terendam air. Banjir menerjang Ngawi akibat hujan deras beberapa hari ini dan puncaknya hari Minggu malam.
Kelima kecamatan itu meliputi Kecamatan Kwadungan (Desa Tirak, Dinden, Purwosari, Kendung dan sebagainya), Kecamatan Geneng (Desa Kasreman, Kersikan), Kecamatan Pangkur (Desa Ngompro), Kecamatan Ngawi Kota (Desa Grudo, Kelurahan Ketanggi, Kampung Baru, Beran, Margomulyo, Karangtengah) serta Kecamatan Karanganyar (Desa Sri Wedari dan Sekar Jati).
Banjir terjadi akibat Bengawan Madiun dan Bengawan Solo meluap bersamaan. Menurut Sutarno, warga Kwadungan, air mulai menggenangi persawahan dan naik ke jalanan sekitar pukul 05.30 dini hari. "Tetapi terus naik. Sampai pukul 07.00 sudah sebatas lutut," katanya.
Perjalanan dengan kendaraan hanya bisa sampai perempatan Desa Kasreman dan harus disambung dengan naik gerobak. Namun terhalang lagi hingga sekitar Dinden. Tim penolong dari Satpol PP Pemkab bahkan harus menerjunkan perahu karet ke Dusun Boto dan Genyol, Desa Purwosari. Sebagai daerah yang berbatasan dengan Sungai Madiun, banjir terjadi lebih cepat dan menggenang lebih lama di dua wilayah ini.
Daerah Ngawi Kota kembali terkena banjir yang bisa dikatakan paling parah dibanding kecamatan lain. Maklum, penduduk banyak yang kurang siap. Apalagi setelah beberapa hari hujan, air belum sempat naik ke rumah-rumah penduduk. Kepanikan jelas melanda penduduk Kampung Baru, Ngawi Kota. Air Bengawan Solo yang meluap menggenani puluhan rumah warga setempat.
Warga terpaksa mengungsikan barang-barang mereka ke dataran lebih atas bahkan sebagian di tepian jembatan Dungus. Dapur umum pun digelar di rumah penduduk yang belum tersentuh air. Demikian juga dengan sebagian warga Beran yang masih trauma dengan banjir yang lalu.
Air mulai masuk rumah sejak pukul 03.00 dan terus merambat naik hingga sore menjelang. Ketika daerah selatan yang dialiri Bengawan Madiun mulai surut, air di Kampung Baru belum beranjak dari rumah warga.
"Sebelum ini sudah pernah ada kentongan untuk waspada banjir. Tadi malam (Minggu malam) tidak sempat diperingatkan malah air sudah menyerbu rumah-rumah," kata salah seorang warga Kampung Baru.
Warga Perumahan Criyssant yang pernah terkena banjir parah pada akhir bulan Desember 2007 juga ikut siaga. Kawasan ini berbatasan dengan Bengawan Solo dan Kampung baru.
Sementara warga di sekitar Kuncing dan Perumahan Permata Rahayu Kencana juga ikut mengungsi. Rumah-rumah yang baru tertata setelah pernah kebanjiran dan sebagian besar baru usai direnovasi harus ditinggalkan penghuninya.
Akibat banjir di Ngawi juga membuat arus lalu lintas warga Sri Wedari dan Sekar Jati ikut terganggu. Sumarno Shodir, anggota DPRD Ngawi mengaku harus berperahu di pagi buta untuk bisa sampai ke kantornya.
Koordinator Satkorlak Bencana Pemkab M Shodiq Tri Widianto menyatakan sudah mengantisipasi dengan memberikan bantuan berupa satu ton beras dan 40 kardus mis instan di kecamatan yang rawan banjir sejak beberapa minggu lalu. "Selain itu kita berikan bantuan enam perahu, berupa tiga perahu karet dan sisanya perahu biasa. Bantuan logistik juga kita minta diedarkan berkeliling," ujar Kabag Pemerintahan Pemkab Ngawi ini.
Walaupun banjir terus melanda berbagai daerah di Ngawi, namun penduduk masih memilih untuk bertahan di rumah mereka sembari berharap air segera surut. "Kami harapkan malam ini tidak hujan," kata salah seorang penduduk Kampung Baru.
Tidak hanya Ngawi, kawasan Magetan juga dilanda banjir. Sedikitnya 360 rumah di Desa Jajar, Kecamatan Kartoharjo, terendam air. Ketinggian air mencapai sekitar 110 centimeter. Sehingga, air luapan dari Kali Ulo itu masuk ke rumah penduduk. Beruntung, air segera surut, sehingga warga tak sampai pindah atau mengungsi. "Warga sempat waswas kalau banjir kiriman berlangsung lama, untungnya hujan tengah malam sudah reda," terang Eko Supriyanto, kepala desa setempat.
Diungkapkan, selain merendam rumah warga, banjir juga merendam sekitar 135 hektare lahan pertanian. Padahal, sekitar 40 hektare lahan warga tersebut ditanami padi dan memasuki musim panen. Sisanya, sedang persiapan musim tanam. "Meski hampir panen, jelas hasilnya tidak maksimal karena terendam air. Karena banyak padi yang rontok terkena banjir," ujarnya.
Kerugian akibat banjir itu diperkirakan mencapai puluhan juta. Pasalnya, selain merusak lahan pertanian, air bah juga merusakkan jalan umum desa setempat. Belum lagi kerugian immateril yang ditanggung warga. Banjir juga menyebabkan aktivitas warga lumpuh. Banyak yang berjaga-jaga dan bersih-bersih akibat masuknya air bah ke rumah. "Yang pasti, warga waswas terjadi banjir susulan. Sebab, selam musim hujan ini saja sudah dua kali banjir," katanya.
Banjir yang melanda Desa Jajar tersebut disebabkan meluapnya Kali Ulo yang menghubungkan Desa Pencol, Sukowidi, Jajar dan anak Bengawan Solo. Lantaran air anak Bengawan Solo deras, aliran Kali Ulo tersendat. Akibatnya, air meluap ke lahan pertanian dan perkampungan warga.