NGAWI - Ratusan siswa SMP di Ngawi dinyatakan tidak lulus Unas. Ironisnya, angka siswa tidak lulus tahun ini justru banyak di sekolah negeri. Sebanyak 313 siswa tidak lulus dari 9.160 siswa peserta ujian. Tingkat kelulusan 96,6 persen, naik 0,3 persen dibanding tahun lalu.
Jumlah siswa tidak lulus terbanyak di SMPN 3 Ngawi, yakni 40 siswa dari 256 peserta ujian, atau 16 persen. "Kami juga heran dan akan segera lakukan evaluasi, apalagi di SMPN 3 ini tahun lalu juga memiliki puluhan siswa tidak lulus," kata Plh Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Ngawi Abimanyu kemarin (21/6). Kemarin pengumuman kelulusan siswa dilakukan dengan hati-hati oleh berbagai sekolah. Antisipasi dilakukan dengan memberikan pengumuman pada wali murid. Namun tetap saja banyak siswa yang penasaran dan mencegat hasil pengumuman di depan gerbang sekolah mereka. Walau demikian aksi corat-coret baju yang biasa mewarnai kelulusan tidak banyak terjadi. Sekolah dengan siswa tidak lulus mencapai belasan juga tercatat ada di SMPN 2 Pitu (14 siswa), SMPN 2 Bringin (16 siswa),� SMPN 5 Ngawi (11 siswa), SMPK St Thomas (19 siswa), SMP PGRI Padas (15 siswa), SMPN 2 Geneng (10 siswa), SMPN 2 Paron (12 siswa), SMPN 2 Jogorogo (10 siswa) serta SMP PGRI I Kedunggalar (11 siswa).
Ketidaklulusan juga dibukukan beberapa SMP terbuka yang banyak diikuti mereka yang telah dewasa. Bahkan SMP terbuka Padas yang diikuti 5 peserta ujian, semuanya tidak lulus. ''Setelah kami tanyakan ternyata banyak yang bekerja di kota lain, sehingga saat pertemuan tidak bisa masuk,'' kata Abimanyu.
Di Kabupaten Madiun, angka ketidaklulusan Unas siswa madrasah tsanawiyah (MTs) cukup rendah. Menurut Kepala Kantor Departemen Agama (Kakandepag) setempat Sofyan Djauhari, dari 1.979 peserta, hanya 37 murid atau 1,87 persen tidak memenuhi standar nilai yang ditentukan.
Sofyan mengatakan, siswa Mts negeri yang tidak lulus Unas sebanyak 13. ''Dua puluh empat siswa lainnya berasal dari lembaga swasta. Namun, tidak enak kalau diomongkan,'' ujarnya, kemarin (21/6).
Menurut dia, tingkat kelulusan Unas siswa Mts tahun ini lebih baik dibanding madrasah aliyah (MA). Di mana untuk MA, dari 652 siswa, 57 di antaranya tidak lulus Unas dan harus mengulang atau mengikuti paket C. ''Alhamdulillah, tingkat kelulusan madrasah tsanawiyah cukup baik,'' lanjutnya.
Bagi Siswa MTS yang tidak lulus Unas, Sofyan menganjurkan untuk mengikuti Ujian Nasional Pendidikan Kesetaraan (UNPK). ''Pendaftaran dan penyelenggaraan akan dilakukan oleh dinas pendidikan. MTs akan mengirimkan biodata pesertanya,'' jelasnya, kepada Radar Madiun.
Ditanya nilai Unas tertinggi siswa Mts, Sofyan belum bisa membeberkan. Alasannya, saat ini masih dalam proses rekapitulasi Depag setempat. Hasil pendataan itu, kata dia, selanjutnya akan dikirim ke Depag Jawa Timur. ''Semoga dari hasil dari perangkingan provinsi, sekolah di sini bisa masuk sepuluh besar. Pengumuman nilai akan dilakukan Senin (besok, Red),'' paparnya.
Sedangkan nilai Unas tertinggi siswa SMP di Kabupaten diraih Tito Nurwahyu Mukti Nugroho. Siswa SMP Negeri 1 Mejayan itu meraih nilai total 38,60. Rinciannya, bahasa Indonesia 9,00, bahasa Inggris 9,60, matematika dan IPA masing-masing dengan nilai absolut 10,00. ''Sembilan besar di Kabupaten Madiun juga diperoleh siswa sini,'' kata Doli Sapardi, Kepala SMPN 1 Mejayan.
Empat murid lain dari total 319 siswa di lembaga berstandar nasional itu juga mendapat nilai tidak jauh dari Tito. Yakni, Betty Triyani 38,25, Juvanta Lia Fradita 38,20, Dona Tanti Liana 38,00 dan Uswatul Khasanah 38,00. Sedangkan untuk nilai rata-rata sekolah sebesar 33,20. ''Dari sekolah juga selalu memotivasi siswa berprestasi dengan memberikan reward berupa uang tunai,'' jelasnya.
Sementara itu, nilai tertinggi Unas SLTP di Kota Madiun tahun ini diraih Rahmat Hartono. Siswa SMP Negeri 2 itu meraih nilai total 37,85. Atas raihan ini, siswa sekolah tersebut kemarin melakukan sujud syukur bersama guru di aula sekolah. ''Ini sebagai tanda syukur kami atas hasil ujian nasional,'' jelas Hendri Sutikno, Kepala SMP Negeri 2 Kota Madiun, kemarin (21/6).
Tiga besar peraih nilai ujian nasional tingkat Jawa Timur, lanjut Hendri, selisih nilainya dengan siswanya hanya 0,9. Karena mereka mengantongi nilai 38,75. Di kota, dari 14 SMP negeri, hanya empat sekolah yang kelulusannya mutlak atau mencapai 100 persen. Yakni, SMP Negeri 1, 2, 3 dan 8.
Sedangkan SMP negeri lainnya terdapat siswanya yang tidak lulus. Dan terbanyak ada di SMP Negeri 9 yakni 11 siswa, menyusul SMP Negeri 14 sebanyak 10 siswa. Total siswa yang tidak lulus dari SMP negeri 54 siswa dan swasta sebanyak 14 siswa.