Ingin Lulus Paket C dan Bekerja agar Bisa Membanggakan Ibunya
Amnesia pasca-kecelakaan yang dialami Tri Wahyuni, membuat siswi SMKN I Ngawi itu harus belajar membaca dan menulis lagi dari nol. Namun, semangatnya menyelesaikan studi tak pernah surut. Bagaimana perjuangan gadis itu meraih ijasahnya? Kundari Pri Susanti, Ngawi
----------
SIKAPNYA yang ramah dan terbuka tak menampakkan kalau Tri Wahyuni pernah gagal dalam ujian nasional (Unas). Bahkan sampai 2 kali, plus sekali gagal ikut ujian persamaan paket C pada tahun lalu. Saat ditemui di rumahnya di Dusun Tepas, Desa Tepas Kecamatan Geneng, gadis berambut panjang itu menyambut kedatangan wartawan koran ini dengan bersahabat.
Didampingi ibunya Karsinem, Yuni, sapaan akrab Tri Wahyuni, lantas menceritakan pengalamannya gagal Unas SMK sampai dua kali. Sebelum pengumuman, Yuni sudah bermimpi buruk, dia mempunyai firasat tidak lulus lagi. Benar saja, sehari sebelum kelulusan diumumkan, guru datang ke rumah Yuni. "Saya menangis saat diberitahu tak lulus lagi, namun akhirnya menerima. Toh masih ada masa depan," ujar Yuni.Yuni gagal dalam dua kali Unas karena nilai matematika-nya tidak memenuhi grade yang disyaratkan. Tahun ini, untuk bahasa Indonesia dia mendapatkan nilai 6, bahasa Inggris 7 dan matematika hanya 3. Nilai matematika itu yang memupuskan harapannya lulus Unas. "Namun saya tetap ingin ujian persamaan paket C. Hari Senin daftar, Selasa ini setor berkas," kata Yuni sepulang pendaftaran melalui sekolahnya SMKN I Ngawi. Prestasi Yuni mulai menurun sejak kecelakaan yang menimpanya pada Maret 2006. Saat itu, dia duduk di kelas 2. Yang memprihatinkan lagi, dia menjadi korban tabrak lari saat membonceng temannya.
Setelah kecelakaan itu Yuni mengalami amnesia, dia tak ingat apa pun. Bahkan, baca tulis pun dia lupa. Yuni harus belajar mengenali huruf lagi dari nol. Latihan membaca A sampai Z menjadi menu setiap hari. "Bila saya bandingkan, tulisan saya tidak sebaik saat sebelum kecelakaan itu," kata Yuni.
Dengan susah payah, Yuni belajar sampai naik ke kelas 3. Saat itu teman, guru, apalagi pelajaran sudah tidak dia ingat lagi. Gadis itu pun gagal dalam Unas SMK tahun 2007. "Lantas saya daftar ujian paket C, namun juga tidak lulus," ujarnya sedih.
Dulu sebelum kecelakaan terjadi, Yuni termasuk remaja yang sangat aktif. Berbagai kegiatan ia ikuti. Mulai dari basket, hingga kelompok pecinta alam. Temannya sangat banyak.
Yuni merasa beruntung, ayah ibunya mendukungnya mengulang kelas 3. Amnesia yang belum sembuh benar sering menjadi kendalanya menyelesaikan soal. Saat Unas, menurut cerita teman-temannya, Yuni tak mau mencontek. Dia percaya diri dengan kemampuannya.
Menjelang ujian persamaan paket C tahun ini, Yuni giat belajar dan tak lupa berdoa. Jika ujian paket C kelak tak lulus lagi, Yuni belum tahu mesti bagaimana. Yang pasti, dia ingin lulus dan bekerja agar bisa membanggakan ibunya. "Saya ingin kerja kantoran atau sekalian bekerja ke luar negeri," ujar Yuni yang dua kakaknya sudah berpengalaman menjadi TKW itu.
Perjuangan yang dilakukan Yuni mendapat dukungan penuh ibunya Karsinem. Yuni memang anak yang memiliki semangat hidup kuat. Saat kecelakaan dulu, Yuni mengalami luka parah pada mata, dagu dan kepalanya. Setelah sembuh masih didera amnesia dan belum pulih sepenuhnya sampai sekarang. "Yang mengharukan, saat mulai ingat rumah, dia langsung masuk kamar, membaca buku pelajaran dan dua minggu kemudian minta sekolah lagi," kata Karsinem.
Walaupun Yuni dua kali gagal Unas dan sekali gagal ujian persamaan paket C, Karsinem tetap sayang pada putri bungsunya itu. Hanya saja, dia belum tega melepas Yuni jika memang ingin bekerja jauh dari rumah. Dia berharap ada yang menolong Yuni mendapatkan pekerjaan di Ngawi. "Kalau bisa biar dia bekerja di dekat-dekat saya saja. Saya tak tega, apalagi ingat kecelakaan itu," ujarnya.