NGAWI - Belasan warga Dusun Serenan, Desa Pangkur Kecamatan Pangkur keracunan makanan. Mereka mengeluh mual, pusing dan diare disertai muntah-muntah setelah mengonsumsi tape singkong Rabu sore lalu (2/7).
Hingga kemarin, warga yang keracunan tersebut masih dirawat di Puskesmas Pangkur dan Puskesmas Padas. Mereka umumnya menjalani perawatan sejak Kamis lalu. Namun ada pula yang baru masuk kemarin.
Warga yang dirawat di Puskesmas Pangkur itu di antaranya Rinduwati, Sani, Suwito, Desi, Tayem, Nurwati, Wagimin dan Kardi. Sedangkan di Puskesmas Padas seperti Dinem, Giman dan Yasmuri. Rata-rata mereka yang mengonsumsi tape singkong itu masih bertalian saudara dan bertetangga.
Menurut dr Zain R Priyanto, dokter sekaligus Kepala Puskesmas Pangkur, pasien mulai berdatangan Kamis siang. Mereka mengaku memakan tape singkong buatan Dinem. "Pasien datang dengan gejala sakit kepala, mual, diare dan panas," kata Zain.
Dalam perawatan di dua Puskesmas korban diberi obat antibiotic, infuse untuk pengganti cairan tubuh yang hilang. Namun kapasitas rawat inap Puskesmas Pangkur yang hanya muat untuk sembilan orang membuat beberapa pasien harus dirujuk ke Puskesmas Padas. ''Kamis lalu kami merujuk tiga orang ke Padas, '' kata Zain.
Korban keracunan ini tampak tergolek lemah di kamar rawat Puskesmas. Juga di ruang UGD Puskesmas Pangkur yang tergeletak Sani, 35 tahun bersama anaknya Desi (8 tahun) dan suaminya Suwito (35 tahun).
Di samping kirinya ada nenek Sani bernama Tayem, 70 tahun. ''Ibu saya yang membuat tape. Kami tidak mengira bisa sampai begini,'' ujar Sani. Menurutnya, ibunya mengambil singkong dari sawah. Sebagian singkong direbus dan dimakan bersama keluarga beberapa hari sebelumnya. ''Kami tidak apa-apa memakan singkong rebus itu,'' ujarnya.
Sisa singkong kemudian dibuat tape oleh Dinem dan dibagi ke kerabatnya yang lain. Karena tape itu sisa banyak, maka dibagika ke tetangga. Yakni ke keluarga Dimun, Novi, Rinduwati serta Wagimin dan Dami.
Dari belasan korban, Sani, suami dan anaknya kondisinya cujup parah. Karena mereka mengonsumsi tape lebih banyak. ''Rabu malam makan, Kamis pagi sudah pusing. Siangnya makin parah dan dibawa ke Puskesmas," kata Sani.
Dari pengamatan koran ini, Sani dan anaknya Desi tampak masih muntah dan diare. Mereka juga kepikiran bayi Sani berusia lima bulan yang ditinggal di rumahnya di Serenan.
Kasus keracunan tape singkong ini langsung direspon Dinas Kesehatan Ngawi. Pihak dinkes langsung turun menemui para korban. Sisa tape dan bahan mentah seperti singkong dan ragi dibawa ke laboratorium terdekat untuk diperiksa. ''Kami belum bisa memastikan, namun dalam satu dua hari biasanya sudah ada hasil," kata Kepala Dinas Kesehatan Ngawi dr Pudjo Sardjono.
Keracunan tape biasanya bukan hanya dari cara membuat atau kebersihan si pembuat tetapi bahan mentah seperti singkong dapat pula menjadi pemicu. ''Namun kami akan teliti lagi apa benar karena tape atau ada konsumsi makanan lain dari para penderita ini,'' kata Pudjo.
Ada beberapa jenis singkong yang sering dianggap bisa meracuni. Namun sejauh ini, konfirmasi dari para korban menyebutkan singkong sebagai bahan tape sudah pernah direbus dan dimakan ramai-ramai namun tak menimbulkan keracunan saat itu.
Para penderita yang dirawat inap di Puskesmas Pangkur kemarin sudah mulai membaik kondisinya. Kendati keluhan pusing, lemas dan diare masih dirasakan namun rata-rata pasien sudah lebih stabil. Sementara pasien yang ada di Puskesmas Padas masih terus dalam pemantauan.
Sumber - Jawapos
Indeks 
