Lyuba, pesan sakral dari masa depan
(Erabaru.or.id) – Beberapa waktu lalu, penemuan bangkai bayi mammoth (gajah purba) yang membeku selama 37.000 tahun di pelosok Siberia, sempat menjadi bahan pembicaraan hangat di beberapa media massa diseluruh dunia. Bayi mammoth ini ditemukan oleh seorang penggembala rusa kutub di Semenanjung Yamal, Siberia bernama Yuri Khudi pada bulan Mei 2007 lalu. Berada di tepi sungai yang mulai mencair dari kondisi es, ia tiba-tiba melihat bagian kepala seonggok binatang dari dalam es. Bangkai binatang yang pertama ia duga rusa yang telah mati, ternyata merupakan fosil nyaris utuh dari seekor bayi gajah purba (mammoth) berumur puluhan ribu tahun, menjadikannya sebagai penemuan fosil mammoth terbesar sampai saat ini.
Yuri Khudi, sang penggembala rusa penemu bayi mammoth
Menurut para ilmuwan, hingga kini fosil mammoth yang berhasil ditemukan di dunia hanyalah sebatas tulang-belulang saja dan itupun bisa dikatakan sangat jarang. Penemuan bangkai mammoth yang hampir utuh dapat dihitung dengan jari, dengan total 3 kasus (termasuk penemuan kali ini) dalam 200 tahun terakhir. Karenanya, penemuan tak sengaja oleh penggembala rusa dari Rusia ini merupakan penemuan paling berharga dalam sejarah, terutama bila dilihat dari tingkat pengawetan mammoth tersebut.
Penemuan bayi mammoth yang mengejutkan
Berbicara mengenai tingkat keawetan, bayi mammoth ini memang diketemukan dalam kondisi yang hampir sempurna, lengkap dengan belalai dan kedua matanya, begitupun dengan sebagian bulu-bulunya yang masih menempel. Oleh si penggembala rusa, mammoth ini diberi nama “Lyuba” , yang diambil dari nama istrinya sendiri.
Sebuah pemeriksaan awal dilakukan oleh sebuah tim pakar internasional yang berkumpul di kota Salekhard, Yamal-Nenets segera setelah hari penemuannya. Dari hasil pemeriksaan, si kecil Lyuba diketahui berukuran tinggi 120 cm dan berat 50 kilogram, dengan kondisi fisik yang kurang sempurna yaitu telinga dan ekornya yang terpotong, diperkirakan karena tergigit. Selesai pemeriksaan, Lyuba disimpan di Museum Shemanovsky sebelum akhirnya dikirim ke universitas Jikei, Jepang pada bulan Desember 2007 untuk diteliti lebih lanjut dengan menggunakan teknologi CT Scan.
Pemeriksaan awal oleh team professional di Yamal-Nenets
Di Tokyo, Lyuba ditangani oleh team professional dari Universitas Jikei yang dipimpin oleh Mr. Naoki Suzuki, dimana penelitian dilakukan dengan menggunakan sistim peralatan canggih berteknologi tinggi. Hasil dari CT-Scan, foto-foto, dan “Lyuba” sendiri tengah dipamerkan di Museum Sains Tokyo dan gedung pusat pertokoan Marunouchi, Tokyo Jepang selama bulan Januari-awal Februari 2008. Ini merupakan pertama kalinya masyarakat luas dapat melihat langsung keadaan Lyuba dari dekat, sekaligus mengetahui hasil penelitian dan rencana yang akan dikembangkan terhadap Lyuba di masa depan.
Salah satu foto Lyuba yang tengah dipamerkan di Museum Sains Tokyo
Laporan yang dibeberkan dalam pameran tersebut antara lain meliputi metode penanganan Lyuba sebelum dimasukkan dalam mesin CT-Scan. Bayi gajah purba ini diselubungi dengan plastik khusus sebelum dimasukkan kedalam kontainer pendingin untuk menjaga kesterilan dan keawetannya. Dari sana, kontainer yang sudah tersegel rapat dimasukkan kedalam mesin CT-Scan berukuran besar untuk dilakukan scanning.
Tahap-tahap yang dilakukan sebelum CT-Scan
Hasil dari CT-Scan cukup memuaskan, dimana para ilmuwan melakukan dapat melihat bagian rahang yang masih menyisakan gigi-gigi mungil si bayi mammoth, juga bagian dada dan perutnya dimana mereka meyakini bahwa organ internal Lyuba telah berumur lebih dari 30.000 tahun. Banyak organ bagian dalamnya yang kelihatan agak rusak, diduga karena kekuatan tekanan es abadi yang menguburnya. Sel tulang di bagian kepala dan kaki depannya terlihat membentuk butiran-butiran kecil seperti mutiara, yang juga membuktikan bahwa Lyuba telah begitu lama terawetkan dalam es kutub.
Salah satu hasil CT-Scan 3 dimensi
Sampai disini, team peneliti dari Universitas Jikei Tokyo Jepang masih berusaha mengembangkan penelitian mereka lebih jauh. Terutama, karena data-data yang didapat dari hasil CT-Scan kali ini telah memberikan harapan untuk penelitian detail mengenai perbandingan gajah yang eksis sekarang di hutan-hutan Thailand dengan spesies mammoth. Bagaimana bentuk badan mammoth, cara gerak, proses perkembangannya, serta keadaan iklim dan kondisi bumi pada Zaman Es periode akhir sewaktu spesies mammoth masih hidup, untuk menguak misteri punahnya mammoth dari muka bumi ini.
Mammoth
Sekilas mengenai gajah purba ini, Mammoth yang kini telah punah dari permukaan bumi, pernah hidup pada zaman Pleistosen (sekitar 1.808.000 hingga 11.500 tahun yang lalu) dengan ukuran tubuh yang lebih besar dari jenis gajah normal yang hidup sekarang. Berat badan mammoth dewasa bisa mencapai 6-8 ton, dengan gading yang berbentuk kurva melingkar kearah dalam dan bulu yang agak panjang. Ditengah perdebatan, banyak ilmuwan yang meyakini bahwa kepunahan gajah purba ini disebabkan oleh perubahan iklim global dan perburuan oleh manusia.
Pemanasan global penyebab es abadi mencair
Isu ditemukannya Lyuba ini sejak awal dikaitkan dengan isu pemanasan global, yang memicu kekhawatiran seluruh umat manusia. Mengapa bangkai gajah purba yang terawetkan dalam lapisan es kutub tiba-tiba dapat ditemukan? Banyak ilmuwan yang meyakini, es-es abadi di benua Antartika kini mulai mencair karena kenaikan temperatur global, yang disebabkan oleh meningkatnya kadar karbondioksida (CO2) akibat polusi pembakaran minyak dan batubara yang tidak dapat diserap tumbuhan untuk dinetralkan. Menarik untuk disimak apa yang ditulis oleh pemimpin penelitian Lyuba dari universitas Jikei Jepang, Mr. Naoki Suzuki dalam website pameran mammoth ini di Tokyo Jepang:
“Jika perubahan suhu bumi yang disebabkan oleh isu pemanasan global tidak separah ini, mungkin Lyuba baru akan ditemukan di abad 22, 23, atau bahkan masih jauh di masa depan. Mengapa Lyuba yang seharusnya muncul jauh di masa depan, justru muncul sekarang?”
Dalam tulisannya, beliau mengajak seluruh masyarakat untuk bersama memikirkan pesan yang terkandung dalam penemuan Lyuba, yaitu masalah pemanasan global.
“Sadarkah anda bahwa pesan yang ingin disampaikan oleh Lyuba adalah pesan dari masa depan, bukan dari masa lalu?”
Salah seorang pengunjung pameran penemuan Lyuba di pusat perbelanjaan Marunouchi Tokyo, Jepang, Satoko Mano (36) mengatakan dalam wawancaranya dengan reporter Era Baru, “Saya yakin bahwa penemuan Lyuba sangat erat kaitannya dengan isu pemanasan global. Masalah ini sudah sering diangkat di koran maupun majalah akhir-akhir ini, dan saya juga sudah merasakan efeknya sendiri seperti suhu udara yang semakin panas. Namun saat melihat sendiri Lyuba pada pameran ini……… saya merasa sedih, dan cemas. Bagaimana bisa mammoth yang terkubur dalam es begitu lama muncul dihadapan kita karena es-nya mencair? Ini benar-benar masalah yang sudah ada didepan mata.. kita harus bersama berupaya untuk menanggulanginya.”
Masalah pemanasan global memang merupakan masalah yang sedang kita hadapi—hal ini menyangkut masa depan seluruh umat manusia. Manusia seringkali begitu kagum dengan majunya teknologi, menjadi tergantung dengan mesin-mesin dan komputer sampai tidak bisa hidup tanpanya. Padahal, dampak buruk yang ditimbulkan oleh teknologi tersebut sangatlah besar, seperti eksisnya polusi air, tanah, udara, disertai kenaikan suhu bumi yang semakin lama semakin tinggi. Penemuan Lyuba kali ini pun, membawa pesan sakral dari masa depan—pesan agar umat manusia mulai berpikir ulang mengenai dampak buruk teknologi, agar kita dapat memulai hidup yang lebih ramah lingkungan, lebih hijau dan alamiah.
Dilaporkan oleh reporter Era Baru dari Tokyo, Jepang.