Kurangi Armada yang Dioperasikan, Terima Carteran untuk Hajatan
Salah satu sektor yang paling merasakan dampak kenaikan harga BBM adalah angkutan umum. Di Ngawi, sejumlah perusahaan jasa angkutan menerapkan berbagai strategi agar bisa bertahan di tengah membengkaknya biaya operasional.
KUNDARI PS, Ngawi
----------
SUASANA terminal Ngawi kemarin siang tampak tak seramai biasanya, seperti ketika BBM belum naik. Meski, saat itu memasuki jam sibuk, yakni pulang sekolah. Beberapa calon penumpang dan pedagang asongan terlihat menunggu bus sambil duduk-duduk. Sesekali mereka bersenda gurau dengan temannya sesama pedagang, sambil membenahi dagangannya.
Sementara di salah satu kursi tunggu penumpang, tampak sejumlah pelajar angkutan yang akan mengantarnya pulang ke rumah. Sesekali pula mereka terlibat pembicaraan ringan dengan temannya. Dan, kadang terdengar tawa riang ketika salah satu di antaranya melontarkan guyonan. ''Sudah setengah jam lebih, tapi belum ada bus jurusan daerah saya yang masuk,'' ujar salah seorang siswa.
Sejak harga BBM naik, armada bus, terutama bus bumel, yang beroperasi berkurang. Akibatnya, calon penumpang harus menunggu lebih lama. Tak hanya itu, akibat kenaikan BBM, mereka mengeluarkan ongkos lebih besar karena tarif angkutan mulai naik pula. Seperti diungkapkan Santi, salah seorang siswa SMK PGRI Ngawi. ''Tarif Ngawi-Karangjati sudah naik namun hanya Rp 500. Sebelumnya Rp 1.500 menjadi Rp 2.000 sekali jalan,'' ungkapnya.
Kenaikan tarif tersebut tampaknya bisa dimaklumi. Pasalnya, biaya operasional yang ditanggung perusahaan jasa angkutan umum dipastikan naik. Hanya saja, hal itu tidak serta-merta membuat pengusaha bisa meraih pemasukan seperti sebelum BBM naik.
Pasalnya, menyusul kenaikan harga BBM, jumlah penumpang juga turun drastis. Bahkan, sejumlah angkutan umum trayek Kabupaten Ngawi terpaksa dikandangkan.''Antara kebutuhan operasional untuk jalan dengan penghasilan sudah tidak seimbang," kata Indarto, pengelola PO Andys Kencana.
PO Andys Kencana memiliki 21 armada minibus dan kemarin dicoba hanya menjalankan 12 minibus dengan trayek Ngawi-Sinemelalui Walikukun. Kemarin di garasi PO ini terparkir sekitar 7 minibus, lainnya sedang diservis.
Sebelumnya pernah dicoba menjalankan armada secara normal. Namun baru pukul 10.00 sudah banyak bus yang balik kandang. ''Sulit mendapatkan penumpang, apalagi sekarang banyak yang memilih kredit sepeda motor," ujarnya.
Saat kendaraan ada di kandang, seringkali perbaikan dilakukan. Harga spare part sejak harga BBM naik juga ikut membumbung sampai 30 persen. Biaya maintenance pun jadi semakin membengkak. Namun menurut Indarto, belum ada protes karyawannya yang mencapai sekitar 100 orang. ''Perusahaan sendiri tidak banyak� menuntut, kami sadari kejar setoran sulit sekarang ini,'' ujarnya.
Sebelumnya, setiap akan berangkat sopir dan kru bus dibekali Rp 250 ribu. Namun sejak BBM naik, uang bekal dinaikkan menjadi Rp 350 ribu. Uang itu untuk pembelian BBM dan makan para kru. Saat kembali, setorannya sering kurang dari target itu. ''Rata-rata kami merugi dua puluh sampai tiga puluh persen per hari. Makanya mengurangi armada yang jalan,'' kata Indarto.
Penumpang minibus Andys Kencana selama ini lebih banyak anak sekolah. Dengan kondisi itu sangat sulit menaikkan tarif, apalagi mereka hanya bayar setengah dari harga umum. Pembaharuan tarif dari pemerintah juga belum dilakukan sehingga makin membingungkan pengusaha. ''Mengurangi tenaga kerja kami juga berat dan kasihan, solusinya kami terima carteran untuk hajatan manten atau tour anak sekolah,'' jelasnya.