NGAWI - Kesadaran membayar pajak harus ditanamkan sejak dini. Karena itu kampanye sadar pajak sasarannya bukan hanya pelaku usaha namun juga para pelajar. Kampanye pajak (tax campaign) kemarin (28/7) dilakukan KPP Pratama dengan mengundang ratusan pelajar dari 16 SMA/SMK di Pendapa Wedya Graha.
Ternyata kampanye pajak ini diminati para pelajar. Apalagi di sela-sela kampanya ada lomba yel-yel tentang sadar bayar pajak dan sejumlah bingkisan bagi pelajar yang bertanya.
Dalam kegiatan itu, Sudarmadi, dari Kantor Penyuluhan Pelayanan dan Konsultasi Perpajakan (KP2KP) Magetan, mendapat sambutan meriah ketika membicarakan berbagai macam jenis pajak yang ada di negeri ini. ''Setiap orang yang sudah kena wajib pajak, seharusnya membayar pajak itu untuk pembiayaan penyelenggaraan negara,'' kata Sudarmadi.
Sedangkan Made Adiguna dari Kasi Bimbingan Penyuluhan Kanwil Direktorat Jenderal Pajak (DJP) Jatim 2, mengemukakan target untuk menjadikan pajak sebagai pilar utama pembiayaan negara. ''Namun sayangnya dalam catatan dunia, kesadaran membayar pajak dari masyarakat Indonesia itu termasuk rendah,'' kata Made Adiguna.
Made juga mengemukakan saat ini APBN sebanyak 70 persen dibiayai dari hasil pajak. Karena itu kesadaran membayar pajak penting dimiliki setiap warga negara. Pajak juga menjadi salah satu perantara pemerataan dari warga kaya kepada masyarakat miskin. ''Para pelajar juga diharapkan dapat menularkan kesadaran membayar pajak ini pada lingkungannya," kata Made.
Ternyata daya kritis dari para pelajar pun tak kalah dibandingkan para pemateri. Haryo, salah satu pelajar SMA PGRI I Ngawi mempertanyakan apakah anak di bawah usia 17 tahun yang sudah berpenghasilan lebih juga kena pajak. Sedangkan Kanang Eka Pratama mempertanyakan pemerataan pajak yang menyubsidi orang miskin namun warga miskin tetap tumbuh dengan subur di Indonesia.
Menanggapi hal itu Made menyatakan wajib pajak pada penghasilan anak tetap dikenakan namun pertanggungjawaban ada pada orangtua atau walinya. Fenomena anak-anak berpenghasilan besar, memang terjadi. Misalnya penyanyi cilik, model cilik atau pemain sinetron yang belum cukup umur namun sudah berpenghasilan sampai miliaran rupiah. "Biasanya pemakai jasa mereka juga sudah terpotong pajak, atau orangtuanya yang terhitung pajaknya," kata Made.
Soal kemiskinan yang tak kunjung terhapus, kendati penghasilan pajak sangat besar juga diakui Made. Made menyarankan siswa belajar dan bekerja keras sehingga dapat ikut memberantasnya.
Sumber - Jawapos